Minggu, 18 Maret 2012

Artikelku : DUA NEGARA BEKAS JAJAHAN BERPANGKU TANGAN UNTUK MAJU dalam Antologi yang Terabaikan-3

Judul : Yang Terabaikan, the Series #3
Penulis : HW Prakoso dan Kerabat SPA
Penerbit : deKa Publishing [Nulisbuku.com]
Harga : Rp. 38.500,- (belum termasuk ongkir)

”Karya-karya di dalam buku ini merupakan penyemangat bagi para penulisnya untuk terus berkarya lebih baik lagi di masa yang akan datang, dan bagi pembaca akan menjadi wacana bahwa tidak selamanya terabaikan itu kelam, karena semua cerita di dalam buku ini penuh warna dan menarik sekali untuk dinikmati.” (Dang Aji Sidik, Penulis Novelet ’Kimi Kimberly)

Buku ini merupakan kumpulan naskah yang telah tereliminasi dari beberapa ajang perlombaan menulis. Tapi kami tidak berhenti sampai di sini. Kami bersatu meraih kemenangan yang tertunda. Tanpa penyelenggara lomba, mungkin buku ini tidak akan pernah ada. Inilah waktu yang tepat, untuk menunjukkan kepada dunia. Bahwa naskah kita juga layak untuk diapresiasi. Dengan cara inilah kami berjuang mempersembahkan goresan pena terbaik demi kemajuan dunia literasi.

Terimalah sebuah karya dari Kerabat SPA: Yang Terabaikan, the Series.

***

Daftar Kontributor Yang Terabaikan, the Series #3
1. Anisa Sholihat - Segurat Senyum di Penghujung September
2. Aoi Azzahra - Dalam Derita Itulah Bahagianya
3. Dee Ann Rose - Jika Layar Tergelar
4. Dee Ann Rose - Kau
5. Dyah Nyenk - Hantu Cyber
6. Fayyadh Zyah Poetry - Ramadhan
7. Ghaaziy Mufid - Mahasiswa Mendulang Rupiah dengan Wirausaha
8. Heru Perdana - Aku, Guruku dan Pelajaran di Jalan Raya Padang-Solok
9. HW Prakoso - Cintaku Tak Sekocak Badut
10. HW Prakoso - Semangatmu Harapanmu
11. Ia Safasna - Valentine, No! Kasih Sayang, Yes!
12. Inayah Adi Oktaviana - Dua Negara Bekas Jajahan Berpangku Tangan untuk Maju
13. Luluk Kristya - Janji Awal Maret
14. Noor Halimah - Hakikat Pendidikan
15. Nurdiani Latifah - Bintang itu Harapan
16. Peri Ungu - Anakku Bahagiaku
17. Radindra Rahman - Beranda Cinta Kekasihku
18. Rahman Putra - Membunuh Ajal
19. Rifkashamorie - Cinta Salah Sangka
20. Seruni - Setelah Menikah
21. Vina Maysari - Anak-Anakku, Anak yang Cerdas dan Kreatif
22. Viona Novelia - Sakura Memanggil
23. Zahara Putri - Kakakku adalah Kekasihku


DUA NEGARA BEKAS JAJAHAN BERPANGKU TANGAN UNTUK MAJU

Maroko adalah negara yang terletak di ujung utara Benua Afrika. Negara ini mempunyai letak yang strategis, sebelah utara berbatasan dengan  Laut Tengah, sebelah  timur berbatasan dengan Aljazair, sebelah selatan berbatasan dengan Mauritania dan sebelah barat berbatasan dengan  Samudra Atlantik. Letak strategis Maroko membuat negara tersebut menjadi incaran kaum imperalis barat. Demikian juga dengan Negara Indonesia yang terletak diantara 2 benua  dan dua samudra, yaitu : Benua Asia dan Benua Australia, serta Samudra Hindia dan Samudra Atlantik. Letak strategis negara Indonesia pada posisi silang, menjadikan  Indonesia dilalui oleh jalur perdagangan internasional, sehingga juga menjadi incaran penjajah.
Indonesia merdeka pada tahun 1945, sedangkan Maroko merdeka pada tahun 1956. Kedua negara tersebut sama-sama sedang berbenah dari kerugian yang dialami pada masa penjajahan, yang mana pada waktu itu terjadi eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia secara besar-besaran. Kerja sama kedua negara ini berawal dari penyerahan surat kredensial Duta besar Nazir Pamontjak pada tanggal 19 April 1960 kepada Raja Maroko Mohammed V. Pada waktu itu, Dubes Nazir diminta untuk mempersiapkan kunjungan Presiden Sukarno ke Maroko untuk mengawali hubungan bilateral dengan Maroko. Sehingga sampai sekarang, hubungan itu telah terjalin selama 51 tahun dan menghasilkan kerja sama di berbagai aspek. Namun banyak pihak yang merasa kerja sama itu belum optimal, sehingga perlu terus ditingkatkan dari tahun ke tahun.
Maroko merupakan negara yang hijau nan subur. Alamnya tidak jauh berbeda dengan wilayah Asia, meskipun negara ini terletak  di benua Afrika. Bahkan  bisa dikatakan diantara Negara Arab dan Afrika, Maroko termasuk negara pertanian yang terkemuka dan unggul. Sedangkan  Indonesia, akibat letak geografisnya sangat dipengaruhi  oleh laut. Hal ini menyebabkan udaranya selalu lembab karena mengandung uap air dan banyak hujan. Keadaan tersebut sangat menguntungkan usaha perkebunan dan cocok untuk  berbagai jenis pertanian. Sehingga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.
Dalam sektor pertanian, Maroko terlihat unggul karena tingginya tingkat ekspor hasil pertanian ke berbagai Negara Eropa dan Timur Tengah. Sedangkan Indonesia, sekitar 70% penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Melihat kunggulan tersebut, kerja sama Indonesia-Maroko di bidang pertanian bisa berupa saling mengadakan studi banding ke masing-masing negara untuk mempelajari ke unggulan metode pertanian yang diterapkan di masing-masing negara, bersama-sama mengadakan penelitian untuk menghasilkan varietas tanaman baru yang unggul, sehingga bisa meningkatkan komoditas hasil panen di kedua negara tersebut, dan lain-lain. Kondisi alam yang cocok untuk pertanian, membuat kerja sama kedua negara di bidang ini sangat efektif.
Tidak hanya itu, kerja sama pada sektor pariwisata pun cukup menjanjikan. Indonesia maupun Maroko mempunyai keindahan alam yang sangat fantastis, sehingga sangat dikagumi oleh para turis asing. Selain keindahan alam, Indonesia menpunyai wisata sejarah yang sangat melimpah. Mulai dari Candi Borobudur yang merupakan salah satu keajaiban dunia, Candi Prambanan, Goa Akbar, dan lain-lain. Begitu pula dengan Maroko, disana juga terdapat banyak tempat bersejarah yang patut dijadikan tempat wisata, seperti Goa Hercules di Tanger, Penjara Portugis di Safi, Jami Quaraouyin di Fes, dan lain-lain. Potensi besar dalam bidang pariwisata tersebut juga dapat dijadikan celah untuk membangun kerja sama yang lebih menguntungkan. Namun nampaknya warga Indonesia belum memprioritaskan periwisata di negara-negara Afrika. Sehingga langkah utama untuk menjalin kerja sama pariwisata antara Indonesia dan Maroko adalah mempromosikan wisata Indonesia di Maroko, maupun sebaliknya. Langkah tersebut dapat menambah devisa masing-masing negara. Apalagi Indonesia dan Maroko telah memiliki perjanjian bebas visa untuk pelancong dari masing-masing negara. Hal ini merupakan timbal balik dukungan pemerintah Indonesia terhadap kemerdekaan Maroko, karena pada tahun 1960, RajaMohammed V berjanji akan memenuhi satu permintaan Presiden Sukarno saat berkunjung ke Rabat, dan Bung Karno hanya meminta pembebasan visa bagi warga negara Indonesia bila berkunjung ke Maroko. Upaya pembebasan visa tersebut diharapkan bisa menarik minat warga negara untuk berkunjung atau berwisata ke masing-masing negara tersebut.
Pada aspek pendidikan, Indonesia dan Maroko bisa berupaya untuk mengadakan pertukaran pelajar, beastudi ke negara sahabat, mengadakan kerja sama antara sekolah di Indonesia dan Maroko, dan lain sebagainya. Karena kita semua harus sadar, pendidikanlah yang paling berperan penting atas kemajuan suatu negara. Banyaknya Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki suatu negara akan percuma tanpa adanya SDM unggul yang dapat mengolahnya. Rendahnya SDM yang berkualitas mengakibatkan negara gampang dijajah oleh negara lain, serta negara akan tertinggal perkembangan IPTEK dan dicap sebagai negara bodoh. Tentu semua orang tidak mau negaranya bernasib malang seperti itu. Mengetahui begitu pentingnya peran pendidikan, seharusnya pemerintah serius untuk mengupayakan perbaikan kualitas pendidikan.
Aspek lain yang tidak kalah penting adalah kerja sama pada aspek keagamaan. Mengingat kedua negara ini sama-sama memiliki penduduk yang mayoritas beragama Islam. Apalagi Menteri Luar Negeri Maroko telah menilai Indonesia dengan penduduk muslim terbesar menjadi negara demokrasi ketiga terbesar di dunia, dimana nilai Islam, demokrasi dan modernisasi dapat berjalan beriringan, sehingga Maroko ingin belajar demokrasi dan Islam dari Indonesia. Keadaan menguntungkan ini bisa dijadikan celah untuk kerjasama lebih serius di bidang agama. Indonesia dan Maroko harus sama-sama melakukan tindakan nyata yang dapat memajukan perkembangan Islam di dunia dan mengatasi berbagai konflik yang bertujuan untuk merusak nilai-nilai islam.
Namun, kerja sama ini  mengalami beberapa hambatan, diantaranya hambatan dalam penggunaan bahasa. Mayoritas orang Maroko menggunakan bahasa Arab dan bahasa Perancis, sehingga agak sulit terjalin komunikasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, hendaknya pemerintah Indonesia harus memperbanyak pendidikan bahasa Perancis maupun bahasa Arab, begitu pun dengan Maroko yang mulai memperkenalkan bahasa Indonesia disana, atau mungkin kedua negara ini bisa menggunakan bahasa perantara yaitu bahasa Inggris. Berbagai upaya tersebut, diharapkan kerja sama antara dua negara ini berjalan lebih lancar.
Semoga dengan kerja sama ini, baik Indonesia maupun Maroko dapat menunjukkan kepada dunia luar, meskipun mereka adalah negara bekas jajahan tetapi mereka mampu menjadi negara maju. Kebulatan tekad dan semangat kedua negara ini untuk maju, pasti akan menuai hasil yang maksimal, bahkan tidak mustahil jika kelak kemajuannya melebihi negara-negara yang dulu telah menjajah mereka.

Referensi :
Keterangan:
Naskah diikutkan pada Lomba Menulis Artikel Tingkat Nasional Tentang RI-Maroko (http://www.pewarta-indonesia.com/warta-redaksi/29-warta-redaksi/4635-lomba-menulis-artikel-tingkat-nasional-tentang-ri-maroko.html) tanggal penyelenggaraan : 1 April s/d 30 Juni 2011


Biodata:
Inayah Adi Oktaviana, lahir di Sragen, tanggal 5 Oktober 1993. Sekarang masih menjadi mahasiswa di FKIP Kimia Universitas Sebelas Maret (UNS). Beberapa karyanya pernah dimuat di media masa. Dapat dihubungi melalui akun FB : Inayah Adi Oktaviana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar